Refleksi Sebuah Perjuangan

images (3)

Jangan pernah menyerah.
Bisa jadi titik keberhasilanmu hanya sejengkal di depan langkahmu ketika engkau memutuskan untuk menyerah.

Bukankah Allah telah mengirimkan surat cinta pd kita yg menegaskan “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah” dan “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya”?

RahmatNya, CintaNya, KasihNya, KuasaNya melebihi dari apapun juga. Tidak ada yg tidak mungkin ketika ia berkehendak. Cukup berfirman “Jadilah” maka jadilah sesuatu itu.

Maka janganlah enggan dan bosan menyurukkan diri dalam sujud-sujudmu di sepertiga malam terakhir. Karena pada saat itu, Allah turun ke langit Bumi utk mengabulkan doa-doa hambaNya yg bermunajat padanya.

Jika memang doamu blm terkabul, boleh jadi krn memang menurut Allah itu bukan hal terbaik untukmu. Atau karena waktunya bukan waktu terbaik utkmu. Bisa jadi ada hal lain, ketetapan lain yg jauh lebih indah untukmu.

images

Dan memang kita perlu berkaca. Bisa jadi dosa-dosa kita menjadi penghalang terkabulnya doa.

Yang ingin saya sampaikan adalah, “Percayalah atas doamu” Ingatlah bahwa prasangka Allah sesuai prasangka hambaNya. Jadi, hati-hatilah dg prasangka-prasangkamu.

Jika bercerita tentang beasiswa AAS yg saya dapatkan di tahun 2017 ini, sesungguhnya bukan tanpa cerita. Setelah berhasil menerima beasiswa Dikti tahun 2012 dan gagal berangkat krn status diterima CPNS, saya mendaftar lagi ketika sudah PNS dan gagal. Beasiswa Dikti memang beasiswa yg mensyaratkan pelamar sudah mengantongi LOA dg nilai Bhs Inggris tertentu. Ketika itu, meski sudah dapat LOA, tapi nilai TOEFL IBT sya kurang sekian dari yg disyaratkan. Mungkin itu jugalah salah satu penyebab kegagalan di samping faktor2 lainnya. Padahal utk mendapatkan LOA dari suatu universitas bukanlah hal yg mudah. Bagi kami pendaftar PhD, perlu cari calon supervisor yg setuju membimbing, bikin proposal riset, dan daftar secara resmi ke universitas dg memenuhi berbagai persyaratannya.

Setelah gagal, maka pencarian beasiswa berhenti sejenak krn fokus mengurus baby. Akhirnya setelah berhasil mendapat nilai IELTS 6,5 dg semua band minimal 6, diri ini mantap mencoba cari beasiswa lagi. Waktu itu menunggu beasiswa Dikti 2017, tp tak kunjung dibuka2 juga. Itupun saya baru dpt LOA calon supervisor dan blm LOA Univ.

Calon supervisor sudah saya kenal baik krn beberapa project sebelumnya. Beliau dari University of Basel, Switzerland. Salah satu negara dg biaya hidup paling tinggi di dunia. Pun bahasa resmi di kota Basel adalah Bahasa Jerman.

Qodarullah, sehari sebelum bulan Februari 2017, saya membaca info akan dibukanya Beasiswa AAS dari Facebook. TERIMA KASIH FACEBOOK!!! Saya lupa entah itu yg upload teman atau dari iklan. Yg jelas saya jadi baca2 ttg beasiswa ini dan tiba2 merasa BERSEMANGAT dan YAKIN bahwa inilah jawaban dari Allah SWT. Apalagi beasiswa Dikti blm dibuka juga. Pun, paling saya langsung ditendang ketika daftar krn blm punya LOA (bbrp waktu kemudian saya baru tau kalo kuota beasiswa Dikti ke LN cuma 50 pd th 2017!)

Oke, krn saya tdk mau nilai IELTS yg didapatkan secara susah payah sia2 tak berguna, maka saya menekadkan diri mendaftar beasiswa AAS. Pencarian supervisor dimulai, alhamdulillah dari sekian email ada yg menjawab positif dan belakangan baru tau bahwa menurut kenalan saya Prof Wolf dari Jerman bahwa calon superior saya ini termasuk TOP 5 dunia di bidang yg akan saya teliti. Wow! Alhamdulillah…

Finally saya daftar dan memenuhi segala kelengkapannya.

Nah, setelah submit ada godaan datang. Ada kesempatan beasiswa Dikti dlm negeri syaratnya terbilang mudah, cuma ijazah, transkip nilai, sertifikat Bhs Inggris, surat ijin, dsb yg terlihat jauh lebih mudah dibanding beasiswa ke LN. Saya terus terang tertarik sekali dan langsung daftar. Bagi saya gapapa lah lanjut S3 di dalam negeri. Nanti ke LN ambil beasiswa sandwich utk penelitian aja atau utk conference2. Apalagi anak saya masih kecil. Tapi kesempatan ini terbantahkan krn tdk disetujui Kajur. Beliau mengijinkan hanya jika ke LN. Alhamdulillah terima kasih atas dorongannya Pak Kajur. Krn hal itu maka opsi tinggal lanjut struggle buat beasiswa AAS.

Sampai akhirnya, dg melalui tahapan2 yg sudah saya ceritakan disini, Alhamdulillah saya keterima beasiswa AAS.

Semuanya betul2 tak terduga dan saya amat bersyukur diterima beasiswa ini pada percobaan pertama, pd saat rasanya titik kulminasi dan sudah tidak sanggup lagi untuk hal-hal seperti ini lagi.

Pada titik dimana saya sangat lelah, capek, dan merasa sudah mencoba berusaha semaksimal mungkin, Alhamdulillah Allah perkenankan doa-doa saya.

Pada saat rangkaian seleksi memang hanya 1 prasangka yg saya ijinkan tertanam di benak saya. BAHWA SAYA AKAN DITERIMA! Tidak ada prasangka yg lain. Saya membersamai prasangka itu dg upaya semaksimal mungkin. Dan Alhamdulillah Allah memberikan jawaban yang indah.

1509268001490222000674

Tas yg didapat ketika mulai PDT

Maka Kawan, janganlah menyerah dalam perjuangan. Iringilah dg niat Ibadah. Lakukanlah yg terbaik. InsyaAllah Allah akan memberi hasil terbaik utkmu. Semangat Guys!

Yogyakarta, 29 Oktober 2017
Menyempatkan diri menulis di tengah menunggu boarding pesawat ke Bali utk ikut PDT lagi.

Advertisement

One thought on “Refleksi Sebuah Perjuangan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s